Sekitar 2500 tahun
yang lalu di Athena Kuno, para pemuda diminta untuk memberikan pidato yang
efektif sebagai bagian dari tugas mereka sebagai warga negara. Selama waktu
itu, Socrates (469 – 398 SM), Plato (427 – 347 SM), dan Aristoteles (384 – 322
SM) mengajarkan murid mereka filsafat dan retorika. Retorika menurut Plato
adalah seni memenangkan jiwa oleh wacana.
Demokrasi yang
berkembang saat itu mengharuskan semua warga mampu berbicara dalam legislatif
dan bersaksi di pengadilan. Warga bertemu di Sidang Besar di pasar (AGORA)
untuk membahas isu-isu perang, ekonomi, dan politik. Ditambah dengan Lembaga
Pengadilan Rakyat oleh Sage, Solon, di 594-593 SM, dimana warga harus bisa
membawa keluhan-keluhan mereka ke pengadilan dan memperjuangkan kasus mereka sendiri.
Saat itu, belum ada pengacara! Dan karena orang sering menggugat satu sama
lain, sehingga penting bagi setiap warga negara untuk memiliki kemampuan
komunikasi, minimal untuk dirinya sendiri dan keluarganya.
Aristoteles
mengidentifikasi unsur-unsur dasar dari pidato yang baik dan persuasif sebagai
Ethos, Logos, dan Pathos. Ethos (Kredibilitas, Keterpercayaan) dari pembicara
menurut Aristoteles sangat penting. Logos (Logika) dibalik semua penjelasan
yang dipaparkan oleh pembicara, isi dari presentasi haruslah valid dan jelas.
Pathos (Daya Tarik Emosional) ini adalah unsur penting untuk membangun hubungan
antara pembicara dengan pendengar.
0 komentar:
Posting Komentar